Tuesday, 1 May 2012

MENUMBUHKAN SEMANGAT BELAJAR ANAK

Seringkali orang tua mengeluh tentang masalah belajar anaknya.  Di satu sisi orang tua mengharapkan anaknya mengalami proses belajar dan sukses dalam akademis, namun di sisi lain mengalami frustasi bagaimana memotivasi anak memiliki kegemaran belajar bukan karena dia diharuskan belajar. 
Orang tua sangat memiliki peran penting dalam membangun semangat belajar anak. Pendampingan diperlukan selama anak masih bergantung pada peran serta orang tua.  Dalam pendampingan, hubungan yang baik antara orang tua dan anak akan memudahkan komunikasi.  Berikut adalah prinsip-prinsip dalam menumbuhkan semangat belajar pada anak.
Teladan orang tua dalam memandang perlunya belajar.  Sebelum membicarakan tentang minat anak itu sendiri, perlu menjadi perhatian orang tua adalah pentingnya memberikan teladan belajar di rumah.  Jangan sampai sebagai orang tua menyuruh bahkan memarahi anak untuk belajar sementara orang tua malah nonton TV atau melakukan hal-hal lainnya yang membuat anak berpendapat belajar adalah hal yang sangat membosankan.  Orang tua perlu memberikan contoh ‘belajar’ dalam kehidupan sehari-hari sehingga belajar bukan menjadi beban bagi anak-anak tetapi menjadi gaya hidup.  Selain itu menjadi orang tua yang gemar membaca akan membawa teladan bagi anak-anaknya.  Jika orang tua suka membaca dan belajar, maka anak akan lebih mudah untuk menirunya.


Ciptakan suasana belajar yang nyaman bagi anak.  Misalnya, orang tua ikut duduk dan mendampingi anak belajar di sebelah mejanya, atau sekadar menanyakan bagaimana dia menyelesaikan tugas sekolah sepanjang hari itu. Buatlah belajar menjadi proses yang menyenangkan. Tidak perlu banyak marah dan tekanan.  Selain itu orang tua perlu memahami karakteristik belajar anak.  Apakah si anak auditory learning, visual learning atau kinesthetic learning.  Hal ini perlu dipahami agar tidak salah menciptakan gaya belajar yang efektif untuk anak.  Jangan takut untuk menanyakan kepada anak bagaimana dia memilih cara belajar yang nyaman.  Yang terpenting, sebagian anak-anak sangat suka belajar dari orang tua dengan proses informal: berdiskusi, suasana humor, saat makan, atau rekreasi bersama.

Beritahukan kepada anak tujuan mereka belajar.  Banyak anak sebenarnya pandai, namun lingkungan kurang menantang dia untuk berusaha. Beberapa anak sudah puas dengan nilainya dan enggan berusaha lebih. Karena itu, orang tua dan guru perlu bekerja sama untuk mendorong anak menemukan tujuan belajar atau cita-cita hidupnya.  Anak perlu mengerti hubungan antara sekolah dan bekerja.  Oleh karena itu, orang tua perlu meluangkan waktu untuk mendiskusikan cita-cita anak dan bagaimana mereka bisa meraihnya.  Tanamkan dalam pikiran mereka bahwa salah satu cara untuk menjadi orang yang berhasil mencapai cita-cita adalah dengan rajin belajar dan sekolah.  Ini penting dilakukan ketika anak menginjak masa remaja awal.  Berikan padanya ide yang menyangkut pendalaman hobi atau pekerjaan yang ingin ditekuninya kelak.  Jika memungkinkan, ajaklah mereka ke kantor atau mengerjakan beberapa pekerjaan ringan di waktu libur.  Secara berkala, evaluasi anak dan jangan segan mengubah atau membuat target baru. Kalau perlu catat dan tempelkan di dinding ruang belajarnya. 

Kembangkan kecerdasan anak dengan mempelajari hal-hal lain selain pelajaran sekolah.  Belajar, sebenarnya tidak sekadar mengulang pelajaran di sekolah, namun belajar adalah hal yang sebaiknya tetap dilakukan. Orang tua perlu memperhatikan pelajaran apa yang paling disukai dan tidak ia sukai.  Jika anak-anak Anda bisa mengikuti pelajaran sekolah dengan baik, ajaklah mereka untuk mempelajari hal lain selain pelajaran sekolah.  Jika Anda sudah mengetahui bakat anak sejak dini, akan lebih mudah bagi Anda untuk mengembangkan kecerdasan majemuknya (multiple intelligences) saat anak masuk sekolah formal.

Ketika memasuki usia remaja, beberapa anak biasanya mengalami kemunduran dalam semangat belajar. Ini gejala yang normal, karena pikiran mereka sudah mulai bercabang. Mereka mulai tertarik untuk memikirkan teman sebaya (peer group), diri sendiri, hobi, keluarga (orang tua dan saudara), pelajaran, dan sebagainya. Daripada memarahi mereka, lebih baik Anda membangun hubungan yang lebih baik dan menumbuhkan rasa percaya dalam diri mereka kepada Anda.

(Sumber: Julianto Simanjuntak, MDiv, MSi - LK3)

0 comments:

Post a Comment